Sejarah Cerita Sunan Drajat di Perjalanan Dakwah Islam

Sunan Drajat memiliki nama keciI Syarifuddin atau Raden Qosim yang merupakan putra dari Sunan Ampel yang banyak dikenal akan kecerdasannya...

Sejarah Sunan Drajat menjadi bagian dari Walisongo dikarenakan menyebarkan agama islam di wilayah Jawa bagian timur tepatnya di Desa Drajat Kabupaten Lamongan.

Cara dakwah sunan drajat dikenal dengan berjiwa sosial yang lebih memperhatikan kaum faikir miskin atau lebih mengutamakan kesejahteraan sebelum emmberikan ajaran islam.

Selain itu, sunan derjat dikenal dengan kedermawanan, bekerja keras untuk menyebarkan agama islam khusunya dipulau jawa.

Makam sunan drajat terdapat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan dengan tanah yang ditempati merupakan hibah dari Sultan Demak.

Bagi kalian yang ingin berziarah ke  Makam Sunan Drajat, jaka yang ditemph dari kota lamongan sekitar kurang lebih 30 menit. tempat tersebut tak pernah sepi dari pengunjung yang datang apalagi di bulan ramadhan tahun 2022 ini.

Selain itu, makam Sunan Drajat dijadikan sebagai cagar budaya berdasarkan SK Menteri NoPM.56/PW.007/MKP/2010.

Sunan Drajat lahir sekitar1470 masehi. beliau  merupakan Walisongo yang memiliki nama banyak mulai dari Raden Qosim (semesa kecil),Sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu, Sunan Muryapada, Raden Imam hingga Maulana Hasyim.

Hingga tahun 1484, beliau diiberi gelar oleh Raden Patah yang berasal Demak dengan sebutan Sunan Mayang Madu.

Raden Qosim menikahi tiga wanita dalam hidupnya. Istri sunan drajat pertama yang dinikahi yaitu puteri dari Sunan Gunung Jati yaitu Sufiyah.

Lalu ketika tinggal di Drajat, beliau menikahi lagi dengan wanita bernama Kemuning dan untuk istri ketiga Sunan Drajat menikah dengan puteri Adipati Kediri yaitu Renayu Candra Sekar.

Dalam memberantas kemiskinan upaya yang dilakukan oleh beliau banyak beragam cara, sehingga dikenal dengan pelopor orang kaya dan bangsawan untuk bershodaqoh, berinfaq dan berzakat yang mengikuti ajaran agama Islam

Sunan drajat masih terhitung kerabat kerajaan terbesar di Indonesia yaitu Kerajaa Maja pahit karena kepanadaiannya dalam mementaskan wayang dalam proses dakwahnya.

Untuk peninggalan sunan drajat yang bersejarah hingga di simpan oleh masyrakat sekitar yaitu seperangkat gamelan yang memiliki sebutan Singo Mengkok dan benda seni lainnya.

Kisah Raden Qosim Yang Menjadi Walisongo

Sejarah Sunan Drajat
Sejarah Cerita Sunan Drajat di Perjalanan Dakwah Islam

Suatu saat, ayah dari Raden Qosim menyuruh putranya untuk melakuakn dakwah islam seperti yang dilakukan saudarnya (kakak).

Perintah tersebut oleh beliau tidak di tolak namun hanya saja ingin membantu kakaknya. Setelah beberapa saat kemudian tanpa berfikir jauh beliau ingin berdakwah ke daerah surabaya dan tuban. Akan tetapi, sang ayah menyuruhnya berdakwah ke kawasan di sekitar pulau jawa timur.

Ajaran Sunan Drajat Dalam Berdakwah

Catur Piwulang merupakan istilah yang digunakan sunan drajat ketika berdakwah agama islam. diantaranya sebagai berikut :

  • Paring teken marang kang kalunyon lan wuto” (berikan tongkat kepada orang yang berjalan dijalan licin dan buta)
  • Paring pangan marang kang keliren” (berikanlah makan kepada orang yang kelaparan)
  • Paring sandang marang kang kawudan” (berikanlah busana kepada orang yang telanjang)
  • Paring payung marang kang kodanan” (berikanlah payung kepada orang yang kehujanan)

Selain itu, Sunan Drajat juga menggunakan media lain untuk berdakwah, yaitu kesenian seperti menciptakan tembang Pangkur, dan alat yang digunakan adalah gamelan bernama Singo Mengkok. Sekarang gamelan tersebut menjadi salah satu koleksi Museum Sunan Drajat.

Tak hanya itu saja, ajaran sunan drajat dalam melaksanakan hidup sesuai nilai Ajaran Islam, diantaranya sebagai berikut :

  • Memangun resep teyasing Sasomo (Sebaiknya kita selalu membuat senang hati orang lain )
  • Jroning suko kudu eling Ian waspodo (Di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
  • Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah. (Dalam perjalanan untuk mencapai cita–cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan ).
  • Meper Hardaning Pancadriya (Kta harus selalu menekan dan mengekang gelora nafsu–nafsu ).
  • Heneng–Hening-Henung (Dalam keadaan diam kita akan mem peroleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita–cita luhur)
  • Mulyo guno Panca Waktu (Suatu kebahagiaan lahir bathin hanya bisa kita capai dengan khusu' sholat lima waktu)
  • Menehono teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan. (Ajarkan ilmu pada orang yang tidak tau, Berilah makan kepada orang yang lapar, Berilah baju kepada orang yang tidak punya baju, serta beri perlindungan orang yang menderita ).

Sejarah Singkat Sunan Drajat

Sunan Drajat memiliki nama keciI Syarifuddin atau Raden Qosim yang merupakan putra dari Sunan Ampel yang banyak dikenal akan kecerdasannya.

Setelah mempelajari ilmu islam yang dalam,  kemudia beliau mengambil tempat di desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran KabupatenLamongan sebagai lokasi kegiatan dakwahnya pada abad XV dan XVI Masehi.

Itulah Sejarah Cerita Sunan Drajat di Perjalanan Dakwah Islam yang bisa penulis berikan dari berbagai macam sumber di penelusuran google.

Terima kasih kasih atas kunjungan ke website Ibnu Jacky jika ada pertanyaan dan masukkan silahkan klik komentar atau menghubungi kontak person di halaman utama, semoga postingan di atas bermanfaat bagi para pembaca.

Sumber : 

@brainly @wikipedia @id.scribd.com @kablamongan.go.id @ngopibareng.id @liputan6.com @tirto.id @cagarbudaya.kemendikbud.go.id,

Baca Juga :

Sejarah Sunan Ampel Raden Rahmat Dalam Menyebarkan Agama Islam

Sejarah Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim di Pulau Jawa

Asal Usul Sunan Bonang Yang Berdakwah Agama Islam