Sejarah AI Dari Mimpi Manusia hingga Revolusi Digital Modern
Sejarah AI Dari Mimpi Manusia hingga Revolusi Digital Modern - Artificial Intelligence merupakan kecerdasan buatan dengan menggambarkan tujuan utama dari bidang membuat mesin atau komputer yang mampu berpikir, belajar, dan mengambil keputusan layaknya manusia.
Sejarah AI adalah perjalanan panjang manusia dalam menciptakan mesin yang mampu berpikir dan belajar seperti manusia hingga nantinya bisa menjadi kenyataan.
Istilah Artificial Intelligence pertama kali digunakan pada tahun 1956 oleh John McCarthy, seorang ilmuwan komputer asal Amerika Serikat, dalam Konferensi Dartmouth — sebuah pertemuan bersejarah yang menjadi titik awal lahirnya bidang AI modern.
Pada artikel ini, penulis akan membahas secara lengkap tentang sejarah AI, mulai dari awal kemunculannya, perkembangannya dari dekade ke dekade, hingga era modern yang penuh inovasi.
Sejarah AI Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan Yang Lengkap
![]() |
| Sejarah AI Dari Mimpi Manusia hingga Revolusi Digital Modern |
Gagasan tentang kecerdasan buatan bukanlah hal baru—ia telah ada sejak ribuan tahun lalu, ketika manusia mulai membayangkan makhluk mekanik atau buatan yang bisa meniru perilaku manusia.
Namun, baru pada abad ke-20 mimpi tersebut mulai menjadi kenyataan melalui perkembangan teknologi komputer dan ilmu pengetahuan yang semakin canggih.
Baca Juga : AI Viral dan Populer di Tahun 2025 Yang Perlu Diketahui
![]() |
| Sejarah AI |
Makna Kata Artificial dan Intelligence
Untuk memahami mengapa dinamakan AI, kita perlu menguraikan arti dua kata penyusunnya supaya nantinya bisa mengetahui lebih jelas. diantaranya sebagai berikut :
Artificial berarti buatan, yaitu sesuatu yang dibuat manusia, bukan alami atau biologis. Dalam konteks AI, “artificial” menunjukkan bahwa kecerdasan ini tidak berasal dari manusia atau makhluk hidup, melainkan hasil dari rekayasa teknologi.
Intelligence berarti kecerdasan, yang mencakup kemampuan untuk memahami, belajar dari pengalaman, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Jadi, “intelligence” tidak hanya sekadar kemampuan menghitung, tetapi juga berpikir logis dan adaptif.
Ketika digabungkan, Artificial Intelligence berarti “kecerdasan yang diciptakan manusia melalui teknologi”, atau secara sederhana, mesin yang bisa berpikir dan belajar seperti manusia.
Awal Mula Sejarah AI: Dari Mitologi hingga Konsep Matematis
Sebelum istilah Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan dikenal, ide tentang menciptakan makhluk cerdas sudah lama muncul dalam mitologi kuno. Misalnya, dalam mitos Yunani, Dewa Hephaestus dikisahkan menciptakan patung-patung logam yang hidup dan berpikir.
Dalam legenda Yahudi, dikenal kisah Golem—makhluk tanah liat yang bisa bergerak dan patuh pada perintah manusia.
Namun, dasar ilmiah sejarah AI mulai terbentuk pada abad ke-17 dan 18, ketika para ilmuwan seperti René Descartes dan Thomas Hobbes mulai berpikir bahwa proses berpikir manusia dapat dijelaskan melalui mekanisme logika dan matematika.
Hobbes bahkan menyatakan bahwa “berpikir adalah bentuk perhitungan.” Gagasan ini menjadi fondasi awal lahirnya logika formal dan algoritma—dua konsep penting dalam sejarah AI.
Era Komputer Awal dan Lahirnya Konsep AI (1940–1950)
Sejarah AI secara modern dimulai pada tahun 1940-an, saat komputer digital pertama kali diciptakan. Ilmuwan seperti Alan Turing berperan penting dalam tahap ini.
Dalam makalah terkenalnya tahun 1950 berjudul “Computing Machinery and Intelligence,” Turing mengajukan pertanyaan mendasar: “Can machines think?” (Apakah mesin bisa berpikir?). Ia juga memperkenalkan konsep Turing Test, sebuah metode untuk menentukan apakah sebuah mesin memiliki kecerdasan yang sebanding dengan manusia.
Pada masa yang sama, komputer mulai digunakan untuk menjalankan algoritma sederhana seperti permainan catur dan perhitungan logika. Konsep ini menjadi titik awal eksplorasi praktis dalam sejarah AI, di mana manusia mulai melihat kemungkinan nyata dari mesin yang mampu berpikir.
Kelahiran Resmi AI (1956)
Tahun 1956 menjadi tonggak penting dalam sejarah AI. Pada musim panas tahun tersebut, sekelompok ilmuwan mengadakan Konferensi Dartmouth di Amerika Serikat yang dipimpin oleh John McCarthy, Marvin Minsky, Claude Shannon, dan Herbert Simon. Dalam konferensi itulah istilah Artificial Intelligence pertama kali digunakan secara resmi.
McCarthy mendefinisikan AI sebagai “ilmu dan rekayasa dalam membuat mesin yang cerdas.” Sejak saat itu, sejarah AI memasuki babak baru. Para peneliti mulai menciptakan program yang bisa memecahkan masalah logika, bermain catur, dan melakukan pembelajaran dasar.
Salah satu pencapaian besar pada masa ini adalah program Logic Theorist oleh Allen Newell dan Herbert Simon, yang mampu membuktikan teorema matematika seperti manusia.
Masa Keemasan Awal AI (1956–1970)
Pada periode ini, semangat penelitian AI meningkat pesat. Banyak universitas di Amerika dan Eropa mulai membentuk laboratorium khusus untuk riset AI.
Program AI awal seperti ELIZA (program percakapan yang meniru terapis manusia) dan SHRDLU (program yang bisa memahami perintah dalam bahasa alami di lingkungan virtual) menjadi bukti bahwa komputer dapat meniru perilaku manusia secara sederhana.
Namun, meskipun antusiasme tinggi, keterbatasan teknologi komputer saat itu menjadi penghalang utama. Komputer masih lambat, memori kecil, dan data sangat terbatas. Hal ini menyebabkan penelitian AI mengalami stagnasi di akhir tahun 1970-an.
AI Winter: Masa Kemandekan (1970–1980)
Masa ini dikenal dalam sejarah AI sebagai “AI Winter”, yaitu periode ketika pendanaan dan minat terhadap riset AI menurun drastis.
Banyak janji besar dari para ilmuwan AI tidak bisa direalisasikan karena keterbatasan teknologi dan algoritma. Pemerintah serta lembaga riset menghentikan banyak proyek karena dianggap tidak memberikan hasil nyata.
Meskipun begitu, beberapa penelitian tetap berlanjut di bawah radar, terutama di bidang machine learning dan expert systems (sistem pakar). Dari sinilah bibit kebangkitan AI di masa depan mulai muncul.
Kebangkitan AI dan Sistem Pakar (1980–1990)
Pada awal tahun 1980-an, sejarah AI memasuki masa kebangkitan berkat perkembangan sistem pakar, yaitu program komputer yang dirancang untuk meniru kemampuan pengambilan keputusan seorang ahli di bidang tertentu. Contohnya adalah sistem MYCIN, yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit infeksi.
Perusahaan besar seperti IBM dan DEC mulai berinvestasi besar-besaran dalam teknologi AI. Komputer menjadi lebih kuat dan algoritma semakin efisien. Meskipun sistem pakar akhirnya juga menghadapi keterbatasan, periode ini menandai kembalinya kepercayaan terhadap potensi AI.
AI Modern dan Era Internet (1990–2010)
Perkembangan komputer pribadi dan internet membawa perubahan besar dalam sejarah AI. Di era ini, muncul konsep neural networks (jaringan saraf tiruan) yang meniru cara kerja otak manusia. Teknologi seperti speech recognition, machine vision, dan data mining mulai dikembangkan.
Selain itu, muncul pula perusahaan teknologi besar yang mulai menerapkan AI dalam produk mereka, seperti Google, Microsoft, dan Apple. Kemampuan komputer dalam mengenali suara, teks, dan gambar meningkat pesat berkat kemajuan algoritma dan jumlah data yang melimpah.
Era AI Cerdas dan Deep Learning (2010–Sekarang)
Sejarah AI modern ditandai oleh revolusi Deep Learning—suatu pendekatan pembelajaran mesin menggunakan jaringan saraf tiruan berlapis-lapis yang mampu memproses data kompleks dalam jumlah besar. Inovasi ini menjadi dasar lahirnya teknologi-teknologi canggih seperti:
- Asisten virtual: Siri, Alexa, dan Google Assistant
- Kendaraan otonom: mobil tanpa sopir
- AI generatif: ChatGPT, DALL·E, dan Midjourney
- Analisis data besar (Big Data) untuk bisnis, kesehatan, dan keamanan
AI kini tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Kemampuan AI dalam memahami bahasa alami, mengenali wajah, membuat gambar, hingga menulis artikel telah melampaui ekspektasi awal para ilmuwan.
Tantangan dan Masa Depan AI
Meskipun kemajuan AI sangat pesat, sejarah AI juga diwarnai dengan berbagai tantangan etika dan sosial. Banyak pihak khawatir AI dapat menggantikan pekerjaan manusia atau disalahgunakan untuk tujuan negatif. Oleh karena itu, muncul konsep AI Ethics yang menekankan penggunaan AI secara bertanggung jawab, adil, dan transparan.
Di masa depan, AI diperkirakan akan terus berkembang menuju era Artificial General Intelligence (AGI)—yaitu AI yang memiliki kemampuan berpikir dan memahami layaknya manusia secara utuh. Jika tercapai, tahap ini akan menjadi babak baru dalam sejarah AI yang benar-benar revolusioner.
Mengapa Nama “AI” Tetap Relevan hingga Sekarang
Meskipun sudah berusia lebih dari 60 tahun, istilah AI tetap digunakan hingga saat ini karena masih mewakili esensi teknologi yang terus berkembang. Bahkan, dalam perkembangannya, AI kini mencakup banyak cabang seperti:
- Machine Learning – kemampuan mesin belajar dari data.
- Deep Learning – pembelajaran mendalam dengan jaringan saraf tiruan.
- Natural Language Processing (NLP) – kemampuan AI memahami bahasa manusia.
- Computer Vision – kemampuan mengenali dan memahami gambar atau video.
Semua bidang tersebut masih berakar pada gagasan yang sama: menciptakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence).
Baca Juga : AI Untuk Mengerjakan Tugas Gratis Sekolah dan Kuliah
Sejarah AI adalah kisah panjang tentang impian manusia menciptakan kecerdasan di luar dirinya. Dari mitologi kuno hingga teknologi deep learning modern, sejarah AI membuktikan bahwa kecerdasan buatan bukan lagi sekadar fantasi, melainkan kenyataan yang terus berkembang.
Perjalanan ini menunjukkan betapa besar potensi AI dalam membantu manusia memahami dunia, memecahkan masalah kompleks, dan menciptakan masa depan yang lebih cerdas.
Dengan terus berinovasi dan menjaga etika dalam penggunaannya, sejarah AI akan terus berlanjut sebagai salah satu tonggak terpenting dalam peradaban manusia.


Gabung dalam percakapan